Jumat, 04 September 2015

AKSARA#8 there is a time for us to say goodbye.




Entahlah.
Aku tak memiliki awalan yang baik untuk memulai tulisan ini.
Sebagaimana aku tak pernah mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi satu hal yang pasti.

Kita semua akan mati, Hati.

Kita tercipta dari tanah dan pada akhirnya kembali jadi tanah.
Mungkin bagi sebagian orang, apa yang kukatakan ini sudah biasa, tulisan lama, dan membosankan.
Terlepas dari semua perkataan itu, hanya kita berdua saja yang tahu bukan, sayang?
apa-apa yang aku rasakan selalu  menjadi bagian darimu. Tentu saja, sebab kamu adala hatiku.
: pemberianNya yang sempurna untuk menemani hidupku yang fana di dunia.

Kamu selalu memberikan getaran-getaran peringatan saat aku salah jalan.
Kamu selalu memberiku pilihan untuk berbuat kebaikan atau kejahatan.
Toh, seringkali aku lebih memilih berbuat buruk, lalu berujung terpuruk, tapi kamu tetap di sini.
di dalam rongga dadaku, bersemayam, dan menerangiku saat aku butuh cahaya.

Tapi kamu selalu berkata bahwa semua yang kamu lakukan adalah tanda cinta dariNya.
----terlepas dari semua dosaku yang hampir membuat cahaya nuranimu padam.
Allah selalu menghidupkanya kembali.
menuntunku untuk bertumpu hanya padaNya lagi.
Mengingatkanku.
Bahwa semua yang di bumi ini hanya sementara.
yang sekarang ada akan menjadi tidak ada.



No disaster strikes except by permission of Allah .
And whoever believes in Allah 
He will guide his heart. And Allah is Knowing of all things.
(QS 64 :11)



Rabu, 02 September 2015

AKSARA #7 (when we talk about love)





"...Karena CINTA adalah kata KERJA yang membentuk HARMONI dan HARMONI itu KITA".




Suatu ketika engkau akan menemukan separuh hatimu dan benar-benar mengerti apa itu cinta. Saat itu , segelisah apapun, hatimu senantiasa diselimuti ketenangan sebab engkau tak lagi sendiri. Ruang-ruang sempit dalam hatimu yang dulunya tak sanggup menanggung beban sendiri pada akhirnya dapat dibagi.

Suatu ketika, wahai Hati.
Engkau hanya perlu menanti dalam setiap dimensi ruang dan waktu, tak peduli lapang atau sempit, susah atau senang, tetaplah penuh cinta, tetaplah berusaha.

Suatu ketika, wahai Hati
Cinta dan usaha itu akan menunjukkanmu pada sebuah dunia penuh warna. Menuntunmu pada keindahan penantian, harmoni cinta dariNya untuk hatimu dan hatinya.

AKSARA #6 (when we're sad)


Kesedihan seringkali kita kaitkan dengan airmata. Kesedihan, seringkali kita sandingkan dengan kehilangan, dan kesedihan seringkali kita hubungkan dengan kesimpulan dunia sudah berakhir, hidup ini tak lagi indah seperti dulu, dan kebahagiaan tak lagi sempurna seperti masa lalu



Kesedihan seringkali membuat kita lemah. Kesedihan pun seringkali memaksa kita untuk mengaku kalah. Mengaku kalah pada pembuat kesedihan dan berbagai masalah. Kesedihan tak jarang membuat kita tak tahu harus berbuat apa, bingung harus bagaimana, dan buta arah untuk melangkah.

Siapa gerangan manusia yang tak pernah menemui kesedihan?

Mereka adalah orang-orang yang melihat kesedihan sebagai sebuah kebahagiaan yang istimewa

Kesedihan memang identik dengan air mata, namun bukan air mata yang tanpa makna. Air mata yang muncul di kala kesedihan adalah air mata syukur. Syukur kita karena Dia bersama kita, mengingatkan kita, menegur kita. Jika saja Dia telah meninggalkan kita, sudah barang tentu kita akan tenggelam dalam gemerlap dunia, dan oleh karna itu, kesedihan seringkali muncul untuk mengingatkan. Mengingatkan kita unntuk segera kembali kepada Maha Pemberi Nikmat agar jauh dari laknat.

Bilamana kesedihan kita sandingkan dengan kehilangan maka ada satu yang harus kita jadikan pegangan. Keyakinan bahwa yang kita miliki memang tak ada yang abadi dan kepada Allah semuanya akan kembali. Kehilangan akan selalu membuat kita sedih dan pilu, namun jangan sampai kesedihan membuat kita jemu untuk terus melangkah maju. 

Pada akhirnya, kesedihan memang tak pernah bisa kita hindari, namun makna dari kesedihan yang seakan kelam ini dapat kita ganti dengan sebuah keyakinan. Bahwasanya Allah tak akan pernah memberikan cobaan di luar kemampuan hambaNya, dan bahwasanya semua duka yang datang kepada kita pasti bermakna.

AKSARA #5 (the lost feeling)





Satu hal yang harus benar-benar kau ketahui, wahai HatiSemua yang kita miliki hanyalah titipan.


Kita tak pernah bisa lepas dari kata kehilangan, wahai Hatiku, apapun itu, namun, seringkali kehilangan yang kita maksud hanyalah kehilangan-kehilangan kita dari hal-hal yang menyedihkan. Kita merasa kehilangan saat tiba-tiba saja sesuatu yang sangat kita sayangi tak lagi menjadi milik kita. Kita merasa kehilangan saat seseorang meninggalkan kita. Padahal tidak seperti itu, Hati. Suatu ketika kita seharusnya juga harus merasakan rasa kehilangan sakit, kehilangan kesedihan, dan bahkan kehilangan perasaan kehilangan itu sendiri. Kau tahu mengapa harus demikian? agar kita selalu ingat padaNya, Hati. Pemilik kita.

Seringkali kita melupakan hal sederhana ini, Hati,
Kita begitu terpuruk saat kehilangan sesuatu yang sempat kita 'miliki', padahal sesungguhnya sesuatu itu pun bukan milik kita. Kita tak memiliki apapun, Hati. Semuanya hanyalah titipan. Suatu saat kita akan merasakan kebahagiaan dan saat yang lain kita pasti akan merasakan kesedihan. 

Kau tahu mengapa kita diberi sebuah kata bernama 'kehilangan'? agar kita selalu bersyukur dan tetap mengingatNya di segala keadaan. Kita merasakan kehilangan yang mendalam pada sesuatu yang tak lagi menjadi milik kita agar kita selalu bersyukur atas apapun yang masih dititipan kepada kita. Menjaganya, merawatnya, dan menempatkan segala yang kita miliki di tempat yang baik dan benar. Memanfaatkannya dengan sebaik mungkin sebelum pada akhirnya kembali kepada pemiliknya yang abadi. Begitupun juga saat kita mendapatkan kebahagiaan, kehilangan rasa sakit, bahkan kehilangan perasaan hilang itu sendiri. Mengapa? agar kita selalu berhati-hati, sayang. Berhati-hati agar tak terlalu larut dalam kebahagiaan semu. Berhati-hati agar kita selalu ingat pada Illahi di saat dunia begitu indah gemerlapan. Berhati-hati agar kita tidak lupa bahwa suatu saat nanti akan tiba kembali masa saat semua itu menghilang dari genggaman kita.

Aku mengatakan ini padamu sebab perasaan kehilangan yang hebat menjadi salah satu tanda bahwa kita tidak siap. Tidak siap kehilangan, tidak siap melepaskan, tidak siap mengikhlaskan. Suatu saat nanti kita akan membahas kata ikhlas ini bersamaOleh karenanya, aku berharap engkau semakin kuat, Hati. Semakn kuat dalam menghadapi setiap kehilangan-kehilangan. Semakin ikhlas, sabar, dan tawakal terhadap semua yang sudah Allah gariskan dengan tinta emas di Lauhful MahfudzNya.

Tegarlah, Hatiku sayang. 
Jadilah hati yang kuat dan tegar. Layaknya pohon, tancapkanlah akar sedalam mungkin agar kuat menahan segala hempasan badai dan teruslah tumbuh, meluas, melapang, agar apapun yang akan kita hadapi nanti dapat menambah kesabaran kita, meningkatkan tawakal kita, dan meneguhkan iman kita kepadaNya.

AKSARA #4 (the simplest of happiness)




Kepada hati...
Hari ini aku merangkai kata menjadi kalimat kemudian menjadi bait dan akhirnya sebuah coretan. mengapa? karena aku ingin mengungkapkan kebahagiaan hari ini yang kudapatkan walaupun di tengah kondisi yang lemah sekalipun.

Aku sangat mencintai setiap detik yang terlewat hingga hari ini, Hati, walaupun itu hanya terbatas ruang berdinding sempit yang mengurungku beberapa hari. Aku bahagia, bahagia atas semua yang Tuhan berikan, bahagia atas sedih dan nestapa ini, bahagia atas pertengkaran, bahagia atas senyum, dan juga nafas ini. Kebahagiaan  maupun kesedihan yang kita rasakan sampai detik ini menandakan aku masih hidup, alhamdulillah, Allah masih memberiku kehidupan, masih menitipkanmu pada tubuhku, masih meng'hidup'kanmu, sehingga aku masih bisa merasakan semua perasaan ini

Hati, kita tak bisa menyalahkan sedih, karena dengan begitu kita dapat lebih menghargai kebahagiaan, kita pun tak bisa menyesali pertengkaran, karena dengan itu kita belajar untuk lebih dewasa dan sabar. Kita seharusnya bahagia dengan hari ini dengan waktu yang terlihat berjalan cepat namun sangat hangat memeluk kita erat. Kita bisa merasakan kehangatan dinding melindungi tubuh ini dari angin, dinginnya hujan, dan panasnya sengatan mentari. Syukurku masih dapat berteduh di sini karena banyak yang bahkan tak dapat merasakan nikmat ini. Bukankah semua ini hal sederhana, Hati?

Hidup terlalu indah untuk disesali. Hidup terlalu singkat untuk hanya kita isi dengan keluh. Terlalu banyak h al-hal yang tertulis tentang semua mimpi-mimpi kita belum terengkuh. Bahagia itu dekat, Hati. Sangat dekat sampai seringkali kita lupa semua itu kebahagiaan. Kebahagiaan itu dekat, Hati. Semakin dekat dan selalu dekat apabila seluruh hidup kita senantiasa mendekat pada Sang Maha Segala Maha, Allah SWT.

: Sudahkah kita bersyukur, Hati?

AKSARA #3 (unsteady heart)


Inilah rasa. Tak perlu mengudara, hanya butuh selalu kau jaga, di hatimu.

Ada satu hal yang perlu kau tahu, Hati.
      : Menjagamu untuk tetap utuh tak tersentuh itu sangat sulit.

***

Semua bermula ketika engkau telah tumbuh 'dewasa' sepertiku. Ruang hatimu yang semula hanya berisi hal-hal sederhana semakin merumit. Engkau meluas dan 'rakus'. Semua hal baru masuk dalam ruang-ruang kosong yang kau punya, sedangkan aku, aku yang sama sepertimu---takjub dengan segala hal yang baru---pun ikut tergoda untuk mencoba semuanya.

Kita wajib bersyukur, Hati.
Allah selalu menjaga kita, meskipun seringkali langkah kaki kita tergelincir, bahkan tersesat dalam labirin-labirin asing, pada akhirnya kita masih diberi kesempatan---dan masih selalu diberi kesempatan---untuk kembali. Masih ada getaran-getaran dengan frekeunsi kecil yang tak pernah bosan untuk mengajak kita kembali kepadaNya. Kita seharusnya berdoa agar frekuensi ini semakin kuat, bukan justru melemah dan menghilang. Kita seharusnya bersyukur, dengan semua kenakalan, ketidakpatuhan, dan kekhilafan kita, Allah tetap memberikan cintaNya. 

Cinta.
Berbicara denganmu selalu membuatku ingat dengan satu kata ini. Konon katanya, engkau sangat peka sekali dengan kata ini. Sayangnya, kata ini pula yang kemudian menjadi hal yang paling rumit untuk dapat kita jelaskan. 

Cinta tidak sesempit pikiran kita, Hati. Bukan semata-mata segala hal yang telah kita masukkan di ruang-ruang itu, sebab pada kenyataannya, cinta hanya terdiri dari satu muara, satu muara yang kekal. Ya, Pemilik kita. Seharusnya cinta kita bermuara kepadaNya, Hati.
Seharusnya.

Aku katakan 'seharusnya' karena pada kenyataannya cinta yang kita punya seringkali tersesat. Inilah sulitnya, Hati. Sulit sekali membuatmu mencintai satu hal. Satu hal yang pasti dan abadi. 


***
Sejatinya rasa tiada perlu kaulepas ke udara
sebab ia kan mengembara entah kemana.Genggam saja dengan erat agar terus saja dekat.Nanti, kita akan membawanya ke jalan penuh cahaya.: bersama ke surgaNya.

Engkau pasti tahu apa yang kumaksud, Hati. Ini bukan suatu hal yang asing, bukan suatu masalah untuk mereka selain kita berdua. Ini masalah kita, Hati. Masalah tersulit kita. Masalah saat kita tidak bisa saling menjaga dengan kuat apa yang seharusnya utuh tak tersentuh sampai tiba saat yang tepat untuk kita rengkuh.

AKSARA #2 (unstable heart)




Time can makes different.
Waktu dapat mengubah segalanya.
Cinta, kebencian, bahkan semua dari hidupmu.
Bukankah begitu, Hati?

***

Aku selalu percaya pada perubahan, kawan. Perubahan apapun itu aku terima, entah itu menyenangkan atau sulit diterima akal. Itu mutlak, seperti kalimat yang sering kita dengar, tak ada yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Sederhana saja, kau bisa melihat buktinya dengan menengok hati kita. Ya---hati---seonggok daging yang tersimpan dalam tubuh kita masing-masing.

Waktu selalu memberikan perubahan kepada hati kita, kawan. Kemarin kau mengatakan sangat menyayangiku, mungkin saja esok, dikarenakan suatu peristiwa, memandangku saja kau tak mau. Mudah sekali bukan hati kita memberikan perubahan?

----Kau dengar itu, Hati? mudah sekali kau berubah...

Jumat, 04 September 2015

AKSARA#8 there is a time for us to say goodbye.

Diposting oleh annisa ratu aqilah di 23.01 0 komentar


Entahlah.
Aku tak memiliki awalan yang baik untuk memulai tulisan ini.
Sebagaimana aku tak pernah mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi satu hal yang pasti.

Kita semua akan mati, Hati.

Kita tercipta dari tanah dan pada akhirnya kembali jadi tanah.
Mungkin bagi sebagian orang, apa yang kukatakan ini sudah biasa, tulisan lama, dan membosankan.
Terlepas dari semua perkataan itu, hanya kita berdua saja yang tahu bukan, sayang?
apa-apa yang aku rasakan selalu  menjadi bagian darimu. Tentu saja, sebab kamu adala hatiku.
: pemberianNya yang sempurna untuk menemani hidupku yang fana di dunia.

Kamu selalu memberikan getaran-getaran peringatan saat aku salah jalan.
Kamu selalu memberiku pilihan untuk berbuat kebaikan atau kejahatan.
Toh, seringkali aku lebih memilih berbuat buruk, lalu berujung terpuruk, tapi kamu tetap di sini.
di dalam rongga dadaku, bersemayam, dan menerangiku saat aku butuh cahaya.

Tapi kamu selalu berkata bahwa semua yang kamu lakukan adalah tanda cinta dariNya.
----terlepas dari semua dosaku yang hampir membuat cahaya nuranimu padam.
Allah selalu menghidupkanya kembali.
menuntunku untuk bertumpu hanya padaNya lagi.
Mengingatkanku.
Bahwa semua yang di bumi ini hanya sementara.
yang sekarang ada akan menjadi tidak ada.



No disaster strikes except by permission of Allah .
And whoever believes in Allah 
He will guide his heart. And Allah is Knowing of all things.
(QS 64 :11)



Rabu, 02 September 2015

AKSARA #7 (when we talk about love)

Diposting oleh annisa ratu aqilah di 12.47 0 komentar



"...Karena CINTA adalah kata KERJA yang membentuk HARMONI dan HARMONI itu KITA".




Suatu ketika engkau akan menemukan separuh hatimu dan benar-benar mengerti apa itu cinta. Saat itu , segelisah apapun, hatimu senantiasa diselimuti ketenangan sebab engkau tak lagi sendiri. Ruang-ruang sempit dalam hatimu yang dulunya tak sanggup menanggung beban sendiri pada akhirnya dapat dibagi.

Suatu ketika, wahai Hati.
Engkau hanya perlu menanti dalam setiap dimensi ruang dan waktu, tak peduli lapang atau sempit, susah atau senang, tetaplah penuh cinta, tetaplah berusaha.

Suatu ketika, wahai Hati
Cinta dan usaha itu akan menunjukkanmu pada sebuah dunia penuh warna. Menuntunmu pada keindahan penantian, harmoni cinta dariNya untuk hatimu dan hatinya.

AKSARA #6 (when we're sad)

Diposting oleh annisa ratu aqilah di 12.45 0 komentar
Kesedihan seringkali kita kaitkan dengan airmata. Kesedihan, seringkali kita sandingkan dengan kehilangan, dan kesedihan seringkali kita hubungkan dengan kesimpulan dunia sudah berakhir, hidup ini tak lagi indah seperti dulu, dan kebahagiaan tak lagi sempurna seperti masa lalu



Kesedihan seringkali membuat kita lemah. Kesedihan pun seringkali memaksa kita untuk mengaku kalah. Mengaku kalah pada pembuat kesedihan dan berbagai masalah. Kesedihan tak jarang membuat kita tak tahu harus berbuat apa, bingung harus bagaimana, dan buta arah untuk melangkah.

Siapa gerangan manusia yang tak pernah menemui kesedihan?

Mereka adalah orang-orang yang melihat kesedihan sebagai sebuah kebahagiaan yang istimewa

Kesedihan memang identik dengan air mata, namun bukan air mata yang tanpa makna. Air mata yang muncul di kala kesedihan adalah air mata syukur. Syukur kita karena Dia bersama kita, mengingatkan kita, menegur kita. Jika saja Dia telah meninggalkan kita, sudah barang tentu kita akan tenggelam dalam gemerlap dunia, dan oleh karna itu, kesedihan seringkali muncul untuk mengingatkan. Mengingatkan kita unntuk segera kembali kepada Maha Pemberi Nikmat agar jauh dari laknat.

Bilamana kesedihan kita sandingkan dengan kehilangan maka ada satu yang harus kita jadikan pegangan. Keyakinan bahwa yang kita miliki memang tak ada yang abadi dan kepada Allah semuanya akan kembali. Kehilangan akan selalu membuat kita sedih dan pilu, namun jangan sampai kesedihan membuat kita jemu untuk terus melangkah maju. 

Pada akhirnya, kesedihan memang tak pernah bisa kita hindari, namun makna dari kesedihan yang seakan kelam ini dapat kita ganti dengan sebuah keyakinan. Bahwasanya Allah tak akan pernah memberikan cobaan di luar kemampuan hambaNya, dan bahwasanya semua duka yang datang kepada kita pasti bermakna.

AKSARA #5 (the lost feeling)

Diposting oleh annisa ratu aqilah di 12.43 0 komentar



Satu hal yang harus benar-benar kau ketahui, wahai HatiSemua yang kita miliki hanyalah titipan.


Kita tak pernah bisa lepas dari kata kehilangan, wahai Hatiku, apapun itu, namun, seringkali kehilangan yang kita maksud hanyalah kehilangan-kehilangan kita dari hal-hal yang menyedihkan. Kita merasa kehilangan saat tiba-tiba saja sesuatu yang sangat kita sayangi tak lagi menjadi milik kita. Kita merasa kehilangan saat seseorang meninggalkan kita. Padahal tidak seperti itu, Hati. Suatu ketika kita seharusnya juga harus merasakan rasa kehilangan sakit, kehilangan kesedihan, dan bahkan kehilangan perasaan kehilangan itu sendiri. Kau tahu mengapa harus demikian? agar kita selalu ingat padaNya, Hati. Pemilik kita.

Seringkali kita melupakan hal sederhana ini, Hati,
Kita begitu terpuruk saat kehilangan sesuatu yang sempat kita 'miliki', padahal sesungguhnya sesuatu itu pun bukan milik kita. Kita tak memiliki apapun, Hati. Semuanya hanyalah titipan. Suatu saat kita akan merasakan kebahagiaan dan saat yang lain kita pasti akan merasakan kesedihan. 

Kau tahu mengapa kita diberi sebuah kata bernama 'kehilangan'? agar kita selalu bersyukur dan tetap mengingatNya di segala keadaan. Kita merasakan kehilangan yang mendalam pada sesuatu yang tak lagi menjadi milik kita agar kita selalu bersyukur atas apapun yang masih dititipan kepada kita. Menjaganya, merawatnya, dan menempatkan segala yang kita miliki di tempat yang baik dan benar. Memanfaatkannya dengan sebaik mungkin sebelum pada akhirnya kembali kepada pemiliknya yang abadi. Begitupun juga saat kita mendapatkan kebahagiaan, kehilangan rasa sakit, bahkan kehilangan perasaan hilang itu sendiri. Mengapa? agar kita selalu berhati-hati, sayang. Berhati-hati agar tak terlalu larut dalam kebahagiaan semu. Berhati-hati agar kita selalu ingat pada Illahi di saat dunia begitu indah gemerlapan. Berhati-hati agar kita tidak lupa bahwa suatu saat nanti akan tiba kembali masa saat semua itu menghilang dari genggaman kita.

Aku mengatakan ini padamu sebab perasaan kehilangan yang hebat menjadi salah satu tanda bahwa kita tidak siap. Tidak siap kehilangan, tidak siap melepaskan, tidak siap mengikhlaskan. Suatu saat nanti kita akan membahas kata ikhlas ini bersamaOleh karenanya, aku berharap engkau semakin kuat, Hati. Semakn kuat dalam menghadapi setiap kehilangan-kehilangan. Semakin ikhlas, sabar, dan tawakal terhadap semua yang sudah Allah gariskan dengan tinta emas di Lauhful MahfudzNya.

Tegarlah, Hatiku sayang. 
Jadilah hati yang kuat dan tegar. Layaknya pohon, tancapkanlah akar sedalam mungkin agar kuat menahan segala hempasan badai dan teruslah tumbuh, meluas, melapang, agar apapun yang akan kita hadapi nanti dapat menambah kesabaran kita, meningkatkan tawakal kita, dan meneguhkan iman kita kepadaNya.

AKSARA #4 (the simplest of happiness)

Diposting oleh annisa ratu aqilah di 12.40 0 komentar


Kepada hati...
Hari ini aku merangkai kata menjadi kalimat kemudian menjadi bait dan akhirnya sebuah coretan. mengapa? karena aku ingin mengungkapkan kebahagiaan hari ini yang kudapatkan walaupun di tengah kondisi yang lemah sekalipun.

Aku sangat mencintai setiap detik yang terlewat hingga hari ini, Hati, walaupun itu hanya terbatas ruang berdinding sempit yang mengurungku beberapa hari. Aku bahagia, bahagia atas semua yang Tuhan berikan, bahagia atas sedih dan nestapa ini, bahagia atas pertengkaran, bahagia atas senyum, dan juga nafas ini. Kebahagiaan  maupun kesedihan yang kita rasakan sampai detik ini menandakan aku masih hidup, alhamdulillah, Allah masih memberiku kehidupan, masih menitipkanmu pada tubuhku, masih meng'hidup'kanmu, sehingga aku masih bisa merasakan semua perasaan ini

Hati, kita tak bisa menyalahkan sedih, karena dengan begitu kita dapat lebih menghargai kebahagiaan, kita pun tak bisa menyesali pertengkaran, karena dengan itu kita belajar untuk lebih dewasa dan sabar. Kita seharusnya bahagia dengan hari ini dengan waktu yang terlihat berjalan cepat namun sangat hangat memeluk kita erat. Kita bisa merasakan kehangatan dinding melindungi tubuh ini dari angin, dinginnya hujan, dan panasnya sengatan mentari. Syukurku masih dapat berteduh di sini karena banyak yang bahkan tak dapat merasakan nikmat ini. Bukankah semua ini hal sederhana, Hati?

Hidup terlalu indah untuk disesali. Hidup terlalu singkat untuk hanya kita isi dengan keluh. Terlalu banyak h al-hal yang tertulis tentang semua mimpi-mimpi kita belum terengkuh. Bahagia itu dekat, Hati. Sangat dekat sampai seringkali kita lupa semua itu kebahagiaan. Kebahagiaan itu dekat, Hati. Semakin dekat dan selalu dekat apabila seluruh hidup kita senantiasa mendekat pada Sang Maha Segala Maha, Allah SWT.

: Sudahkah kita bersyukur, Hati?

AKSARA #3 (unsteady heart)

Diposting oleh annisa ratu aqilah di 12.37 0 komentar
Inilah rasa. Tak perlu mengudara, hanya butuh selalu kau jaga, di hatimu.

Ada satu hal yang perlu kau tahu, Hati.
      : Menjagamu untuk tetap utuh tak tersentuh itu sangat sulit.

***

Semua bermula ketika engkau telah tumbuh 'dewasa' sepertiku. Ruang hatimu yang semula hanya berisi hal-hal sederhana semakin merumit. Engkau meluas dan 'rakus'. Semua hal baru masuk dalam ruang-ruang kosong yang kau punya, sedangkan aku, aku yang sama sepertimu---takjub dengan segala hal yang baru---pun ikut tergoda untuk mencoba semuanya.

Kita wajib bersyukur, Hati.
Allah selalu menjaga kita, meskipun seringkali langkah kaki kita tergelincir, bahkan tersesat dalam labirin-labirin asing, pada akhirnya kita masih diberi kesempatan---dan masih selalu diberi kesempatan---untuk kembali. Masih ada getaran-getaran dengan frekeunsi kecil yang tak pernah bosan untuk mengajak kita kembali kepadaNya. Kita seharusnya berdoa agar frekuensi ini semakin kuat, bukan justru melemah dan menghilang. Kita seharusnya bersyukur, dengan semua kenakalan, ketidakpatuhan, dan kekhilafan kita, Allah tetap memberikan cintaNya. 

Cinta.
Berbicara denganmu selalu membuatku ingat dengan satu kata ini. Konon katanya, engkau sangat peka sekali dengan kata ini. Sayangnya, kata ini pula yang kemudian menjadi hal yang paling rumit untuk dapat kita jelaskan. 

Cinta tidak sesempit pikiran kita, Hati. Bukan semata-mata segala hal yang telah kita masukkan di ruang-ruang itu, sebab pada kenyataannya, cinta hanya terdiri dari satu muara, satu muara yang kekal. Ya, Pemilik kita. Seharusnya cinta kita bermuara kepadaNya, Hati.
Seharusnya.

Aku katakan 'seharusnya' karena pada kenyataannya cinta yang kita punya seringkali tersesat. Inilah sulitnya, Hati. Sulit sekali membuatmu mencintai satu hal. Satu hal yang pasti dan abadi. 


***
Sejatinya rasa tiada perlu kaulepas ke udara
sebab ia kan mengembara entah kemana.Genggam saja dengan erat agar terus saja dekat.Nanti, kita akan membawanya ke jalan penuh cahaya.: bersama ke surgaNya.

Engkau pasti tahu apa yang kumaksud, Hati. Ini bukan suatu hal yang asing, bukan suatu masalah untuk mereka selain kita berdua. Ini masalah kita, Hati. Masalah tersulit kita. Masalah saat kita tidak bisa saling menjaga dengan kuat apa yang seharusnya utuh tak tersentuh sampai tiba saat yang tepat untuk kita rengkuh.

AKSARA #2 (unstable heart)

Diposting oleh annisa ratu aqilah di 12.35 0 komentar


Time can makes different.
Waktu dapat mengubah segalanya.
Cinta, kebencian, bahkan semua dari hidupmu.
Bukankah begitu, Hati?

***

Aku selalu percaya pada perubahan, kawan. Perubahan apapun itu aku terima, entah itu menyenangkan atau sulit diterima akal. Itu mutlak, seperti kalimat yang sering kita dengar, tak ada yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Sederhana saja, kau bisa melihat buktinya dengan menengok hati kita. Ya---hati---seonggok daging yang tersimpan dalam tubuh kita masing-masing.

Waktu selalu memberikan perubahan kepada hati kita, kawan. Kemarin kau mengatakan sangat menyayangiku, mungkin saja esok, dikarenakan suatu peristiwa, memandangku saja kau tak mau. Mudah sekali bukan hati kita memberikan perubahan?

----Kau dengar itu, Hati? mudah sekali kau berubah...
 

HANANIA MIRAI (hanami) Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon blogger template for web hosting Flower Image by Dapino